Hamasah di Jalan Da'wah
Perjalanan dakwah masih panjang. Salah satu faktor yang membuat kita dapat bertahan dan terus eksis di jalan dakwah adalah adanya hamasah (semangat) dan iradah (kehendak) kuat yang tertanam dalam jiwa kita.
Jama'ah Penuh Berkah
Tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan. Kadar tsiqah antara qiyadah dan jundiyah menjadi penentu bagi sejauh mana kekuatan sistem jamaah, kemantapan langkah-langkahnya, keberhasilan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, dan kemampuannya dalam mengatasi berbagai tantangan dan kesulitan.
Bekerja Untuk Indonesia
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (9:105)
Inilah Jalan Kami
Katakanlah: "Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik". (12:108)
Biduk Kebersamaan
Biduk kebersamaan kita terus berjalan. Dia telah menembus belukar, menaiki tebing, membelah laut. Adakah di antara kita yang tersayat atau terluka ? Sayatan luka, rasa sakit, air mata adalah bagian dari tabiat jalan yang sedang kita lalui. Dan kita tak pernah berhenti menyusurinya, mengikuti arus waktu yang juga tak pernah berhenti.
Rabu, 14 Desember 2011
Zaitun: Tidak Cukup Hanya Menjadi Seorang Istri
TERGUSURNYA BUDAYA RAKYAT
Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Salah seorang wakil rakyat Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Herizal Lazran melontarkan kerisauannya karena makin hilang berbagai kesenian daerah yang sebetulnya bisa menarik wisatawan. Hal ini disampaikan ketika menghadiri Latihan Tambua Tasa di Korong Sungai Pua, Tanjuang Mutuih, Nagari Koto Dalam, Kecamatan Padang sago belum lama ini.
“ Kesenian daerah seperti Tambua Tasa, rabab galuak dan lainnya, sudah tidak banyak orang yang tertarik. Para pemainnya sudah pada tua semua. Jika mereka meninggal, habislah generasi tersebut” ungkap Bapak yang kerap di panggil buya.
Herizal mengakui, selama ini memang belum ada keseriusan Eksekutif dan legislatif dalam menjadikan kesenian anak nagari sebagai bagian utama penarik wisatawan. “ Baik pemerintah maupun legislatif masih kurang perhatian terhadap ini. Belum ada anggaran khusus dalam menghidupkan kesenian tersebut, mungkin belum prioritas, apalagi sejak gempa 2009, Pemerimtah sibuk membagikan bantuan gempa” paparnya.
Agar terjadi regenerasi, lanjut Herizal, perlu di lakukan rekruting kepada yang muda-muda. Lakukan latihan berkala dan penjelasan pentingnya melestarikan budaya tersebut. Menanggapi hal itu, Lukman, salah seorang putra Sungai Pua, mengatakan bahwa upaya kearah itu sudah dilakukan. Selain latihan rutin tiap malam minggu, kelompok Tambua Tasa ini kerap juga diperlombakan. Bahkan tidak jarang mendapat juara satu dan dua. Mamang sebagian besar anggota tambua tasa masih di dominasi yang tua-tua, walaupun juga ada yang muda.
Lain hal nya Rabauk Galuak, sampai sekarang nyaris tidak ada penerusnya. Salah seorang generasi terakhir rabauk galuak, Abdullah (70), mengatakan bahwa sejak orgen tunggal masuk ke kampung-kampung, sudah mulai jarang panggilan untuk tampil. “Anak-anak tidak mau melanjutkan, meraka maunya orgen tunggal. Sejak orgen masuk, ba rabauk tidak lagi menjadi kerja utama, sekarang hanya menggarap sawah” sesal bapak yang kerap dipanggil kiau.
Tinggal bagaimana usaha kita, tambah Herizal, dalam meletarikan budaya ini ditingkatkan lagi. “Kehadiran saya malam ini juga sebagai upaya melestarikan budaya piaman laweh” tambahnya.
Dilaporkan oleh : Ahmad Tosri
Minggu, 11 Desember 2011
Warga Sungai Sarik Pertanyakan Bantuan Gempa
Kamis, 08 Desember 2011
Gerhana Matahari Dan Bulan Dalam Tinjauan Syariat Serta Hukum Dan Cara Shalat Gerhana
Diberitakan bahwa pada Sabtu petang depan (10 Desember 2011) akan terjadi gerhana bulan total (Di Saudi sekita pukul 17.00, sedangkan di Indonesia antara pukul 18.00 hingga 24.00- Lihat link ini dan link ini). Secara ilmiah proses kejadian alam ini dapat dipelajari dan diketahui. Lalu bagaimana perspektif syariah memandangnya?
Berikut sedikit uraian tentang gerhana matahari atau bulan dalam tinjauan syariat. Semoga bermanfaat.
Secara istilah, gerhana matahari dan bulan disebut dengan istilah kusuf (كسوف) atau khusuf (حسوف). Kedua kata tersebut merupakan sinonim yang berarti perubahan pada keduanya dan berkurangnya cahaya padanya. Secara sederhana kita mengartikannya dengan istilah: Gerhana.
Ada pula yang mengatakan bahwa istilah kusuf untuk matahari sehingga disebut 'kusuf asy-syams' (gerhana matahari) sedangkan khusuf untuk bulan, sehingga dikatakan 'khusuf al-qamar' (gerhana bulan).
Banyak cerita khurafat dan tahayyul beredar di masyarakat seputar terjadinya gerhana. Namun syariat telah menyatakan dengan tegas nilai-nilai yang terkandung dibalik terjadinya peristiwa tersebut. Di antaranya adalah:
1- Menunjukkan salah satu keagungan dan kekuasaan Allah Ta'ala yang Maha mengatur alam ini.
2- Untuk menimbulkan rasa gentar di hati setiap hamba atas kebesaran Allah Ta'ala dan azab-Nya bagi siapa yang tidak taat kepada-Nya.
Rasulullah saw bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَصَلُّوا (رواه البخاري
"Sesungguhnya matahari dan bulan tidak gerhana karena kematian seseorang atau karena kehidupannya. Akan tetapi keduanya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah. Jika kalian menyaksikannya, maka hendaklah kalian shalat." (HR. Bukhari)
Dalam redaksi yang lain, Bukhari juga meriwayatkan,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ
"Sesungguhnya matahari dan bulan keduanya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah, keduanya tidak gerhana karena kematian seseorang atau karena kehidupannya.. Akan tetapi Allah hendak membuat gentar para hamba-Nya." (HR. Bukhari)
Disamping hal ini juga mengingatkan seseorang dengan kejadian hari kiamat yang salah satu bentuknya adalah terjadinya gerhana dan menyatunya matahari dengan bulan, seperti Allah nyatakan dalam surat Al-Qiyamah: 8-9.
وَخَسَفَ الْقَمَرُ . وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ (سورة القيامة
"Dan apabila bulan telah hilang cahayanya. Dan Matahari dan bulan dikumpulkan." (QS. Al-Qiyamah: 8-9)
Islam mengajarkan umatnya untuk melakukan shalat apabila mereka menyaksikan peristiwa gerhana, baik matahari maupun bulan, sebagaimana diisyaratkan dalam hadits di atas, juga sebagaimana riwayat adanya perbuatan Rasulullah saw tentang hal tsb.
Para ulama menyimpulkan bahwa hukum shalat gerhana adalah sunah. Imam Nawawi rahimahullah menyatakan bahwa sunahnya shalat gerhana merupakan ijma ulama (Lihat: Syarah Muslim, 6/451). Ibnu Qudamah dan Ibnu Hajar menyatakan bahwa shalat gerhana merupakan sunnah mu'akkadah/sunah yang sangat ditekankan (Al-Mughni, 3/330, Fathul Bari, 2/527). Sebagian ulama bahkan menyatakan kewajiban shalat gerhana, karena Rasulullah saw melaksanakannya dan memerintahkannya. Ibnu Qayim menyatakan bahwa pendapat ini (wajibnya shalat gerhana) merupakan pendapat yang kuat. (Kitab Ash-Shalah, Ibnu Qayim, hal. 15).
Di sisi lain, karena jarang kaum muslimin yang mengenal dan melaksanakan shalat gerhana, maka dengan melakukannya maka dia akan mendapatkan keutamaan orang yang menghidupan sunah.
1. Menghadirkan rasa takut kepada Allah saat terjadinya gerhana bulan dan matahari. Baik karena peristiwa tersebut mengingatkan kita akan tanda-tanda kejadian hari kiamat, atau karena takut azab Allah diturunkan akibat dosa-dosa yang dilakukan.
2. Mengingat apa yang pernah disaksikan Nabi saw dalam shalat Kusuf. Diriwayatkan bahwa dalam shalat kusuf, Rasulullah saw diperlihatkan oleh Allah surga dan neraka. Bahkan beliau ingin mengambil setangkai dahan dari surga untuk diperlihatkan kepada mereka. Beliau juga diperlihatkan berbagai bentuk azab yang ditimpakan kepada ahli neraka. Karena itu, dalam salah satu khutbahnya selesai shalat gerhana, beliau bersabda,
يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلبَكَيْتُمْ كَثِيرًا (متفق عليه
"Wahai umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis." (Muttafa alaih)
3. Menyeru dengan panggilan "Asshalaatu Jaami'ah" . Maksunya adalah panggilan untuk melakukan shalat secara berjamaah. Aisyah meriwayatkan bahwa saat terjadi gerhana, Rasulullah saw memerintahkan untuk menyerukan "Ashshalaatu Jaami'ah" (HR. Abu Daud dan Nasa'i)
Tidak ada azan dan iqamah bagi shalat gerhana. Karena azan dan iqamah hanya berlaku pada shalat fardhu yang lima.
4. Disunahkan mengeraskan bacaan surat, baik shalatnya dilakukan pada siang atau malam hari. Hal tersebut dilakukan Rasulullah saw dalam shalat gerhana (Muttafaq alaih).
5. Shalat gerhana sunah dilakukan di masjid secara berjamaah. Rasulullah saw selalu melaksanakannya di masjid sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat. Akan tetapi boleh juga dilakukan seorang diri. (Lihat: Al-Mughni, Ibnu Qudamah, 3/323)
6. Wanita boleh ikut shalat berjamaah di belakang barisan laki-laki. Diriwayatkan bahwa Aisyah dan Asma ikut shalat gerhana bersama Rasulullah saw. (HR. Bukhari).
7. Disunahkan memanjangkan bacaan surat. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw dalam shalat gerhana memanjangkan bacaannya. (Muttafaq alaih). Namun hendaknya tetap mempertimbangkan kemampuan dan kondisi jamaah.
8. Disunahkan menyampaikan khutbah setelah selesai shalat, berdasarkan perbuatan Nabi saw bahwa beliau setelah selesai shalat naik ke mimbar dan menyampaikan khutbah (HR. Nasa'i). Sejumlah ulama menguatkan bahwa khutbah yang disampaikan hanya sekali saja, tidak dua kali seperti shalat Jumat. Sebagian ulama menganggap tidak ada sunah khutbah selesai shalat. Akan tetapi petunjuk hadits lebih menguatkan disunahkannya khutbah setelah shalat gerhana. Wallahua'lam.
9. Dianjurkan memperbanyak istighfar, berzikir dan berdoa, bertakbir, memedekakan budak, shalat serta berlindung kepada Allah dari azab neraka dan azab kubur.
Pelaksanaan shalat gerhana agak berbeda dari shalat pada umumnya. Banyak yang tidak mengetahuinya karena jarang dilaksanakan dan tidak memiliki waktu yang tetap.
Shalat diawali seperti biasa dengan bertakbiratul ihram, lalu membaca doa istiftah, kemudian membaca ta'awwudz (a'uzubillahiminsyaitanirrajim), lalu membaca basmalah, kemudian membaca surat Al-Fatihah. Setelah itu, membaca surat yang panjang dengan mengeraskan suara.
Selesai membaca surat, melakukan ruku dengan panjang dan mengulang-ulang bacaan ruku. Selesai ruku bangkit dengan membaca Sami'allahu liman hamidah, kemudian membaca 'Rabbanaa walakal hamdu.
Setelah itu tidak sujud seperti shalat lainnya, melainkan membaca surat Al-Fatihah lagi, lalu membaca surat lagi yang berbeda dari sebelumnya. Kemudian ruku kembali dengan lama. Selesai ruku, bangkit kembali dengan membaca Sami'allahu liman hamidah, rabbanaa walakal hamdu. Selesai I'tidal, bertakbir untuk sujud. Lalu sujud dengan lama selama rukunya. Lalu dia bertakbir bangun dari sujud dan duduk di antara dua sujud dengan lama selama dia melakukan sujud, kemudian bertakbir lagi untuk sujud dengan lama.
Setelah itu bertakbir untuk bangkit dari sujud dan berdiri untuk rakaat kedua dan melakukan hal yang sama seperti pada rakaat pertama (dua kali membaca Al-Fatihah dan surat, dua kali ruku serta dua kali sujud).
Setelah itu melakukan tasyahhud dan bersalawat kepada Nabi saw. Kemudian menyudahi shalat dengan salam.
Kesimpulannya, shalat gerhana dalam satu rakaat, ada dua kali berdiri, dua kali membaca Al-Fatihah dan surat, dua kali ruku dan dua kali sujud.
Cara ini dijelaskan dalam hadits Aisyah radhiallahu anha ketika menjelaskan cara shalat gerhana yang dilakukan Rasulullah saw dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim (muttafaq alaih). Dan cara inilah yang paling kuat dari perbedaan pendapat para ulama tentang hal tsb. Wallahua'lam.
Waktu shalat gerhana berlaku ketika proses gerhana mulai terjadi hingga gerhana selesai. Jika ketika shalat gerhananya selesai, maka lanjutkan shalat dengan mempercepat shalatnya. Jika selesai shalat gerhana, proses gerhana masih berlangsung, tidak perlu melanjutkan shalat lagi, cukup membaca doa dan istigfhar yang banyak. Jika tidak sempat shalat saat terjadi gerhana, maka tidak disunahkan melakukan qada atasnya.
Wallahu ta'ala A'lam bishshawab...(source: PKS Piyungan)
H. Abdullah Haidir, Lc
Riyadh, Muharram 1433H.
Rabu, 07 Desember 2011
ALEG PKS JEMPUT ASPIRASI
Sebanyak 75 orang warga dan tokoh masyarakat dari 4 kecamatan yakni kecamatan Aur Malintang, Batang Gasan, Sei.Geringging, Sei.Limau penuhi ruang SKB kec. Sei. Limau,kemarin (6/12). Kehadiran utusan masyarakat tersebut tidak lain guna mendapatkan perkembangan terkini Padang Pariaman dan memberikan aspirasi pada aleg Dapil 1, Zaitun asal PKS. Hadir dalam kesempatan itu camat kec.sei.limau, Zaldi Arnas; ketua PKS Padang Pariaman,Budiman; calon wali nagari koto tinggi kuranji hilir, idwarman; calon wali nagari sungai sirah kuranji hulu, Syafaruddin.
Pertemuan yang diadakan sejak jam 10 sampai jam 3 sore, diawali kata ceramah singkat oleh ketua PKS Padang Pariaman, Budiman. Selanjutnya penyampaian informasi ke-padang pariamanan oleh Zaitun diakhiri dengan menjawab beberapa pertanyaan masyarakat.
Dalam dialog tersebut terungkap bahwa masih banyak masyarakat yang punya kepedulian terhadap masalah Padang Pariaman, terbukti dari sebagian besar pertanyaan mengarah pada bagaimana pelayanan terhadap masyarakat ditingkatkan, dana bantuan gempa tahap berikutnya segera disalurkan buat semua.
Senin, 05 Desember 2011
PKS: Kampanye Kondom Suburkan Free Sex
Ini terkait data yang baru dirilis Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung (PPML) Kementerian Kesehatan RI menyebutkan, di Jatim hingga September 2011, tercatat ada 4.318 kasus AIDS.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan Papua yang menempati peringkat kedua dengan 4.005 kasus. Peringkat ketiga ditempati DKI Jakarta dengan 3.998 kasus, disusul Jawa Barat dengan 3.804 kasus. Bali menempati posisi paling bawah di daftar 5 besar provinsi yang memiliki jumlah kumulatif kasus AIDS tertinggi di Indonesia dengan 2.331 kasus.
"Kami terkejut dengan data terbaru itu. Benar-benar membuat miris. Hal ini mesti mendapat perhatian yang lebih serius dari kita semua, terutama Pemprov Jatim," kata Ketua Bidang Perempuan DPW PKS Jatim Dwi Sulistyorini, Kamis (1/12/2011).
Menurut Dwi, selain karena perilaku seks yang tidak sehat, penularan HIV/AIDS juga melalui jarum suntik, ketidaktepatan penggunaan alat kontrasepsi (kondom) dan sebab-sebab yang lain. Tapi suka tidak suka harus diakui bahwa perilaku seksual menyimpanglah yang menjadi biang kerok utama persebaran HIV/AIDS di masyarakat.
"Kalau ingin menanggulangi HIV/AIDS, menyehatkan dulu perilaku seks masyarakat. Gampangnya, perzinaan yang semakin terang terangan dan gonta-ganti pasangan, harus dihentikan. Kami menyerukan untuk kembali memperkuat kesetiaan pada pasangan masing-masing. Tidak boleh lagi 'jajan' sembarangan," tegasnya.
Lebih lanjut, mantan Ketua Bidang Perempuan DPD PKS Surabaya ini berharap Jatim tidak menyusul DKI Jakarta yang jumlah ibu rumah tangga pengidap HIV/AIDS kasusnya cukup tinggi. Tercatat ada 147 kasus. Meningkat dibanding tahun lalu. Yang ironis, penularan HIV/AIDS kepada para ibu rumah tangga tersebut terbesar karena suaminya lebih dulu mengidap HIV/AIDS dan sebagian lagi karena masih suka 'jajan' di luar, meski sudah punya istri.
Masalah kesetiaan pada pasangan ini penting dipertimbangkan untuk digencarkan kampanyenya. Pihaknya termasuk yang kurang setuju kampanye penanggulangan HIV/AIDS yang selama ini sudah dijalankan banyak kalangan, yang sayangnya terkesan seperti melegalkan free sex, seperti aksi bagi-bagi kondom dan sebagainya.
"Kampanye seperti itu tentu saja ada baiknya. Tapi bila tidak tepat porsinya, justru akan dianggap melegalkan perzinaan dan pada gilirannya malah akan menumbuhsuburkan perilaku seks menyimpang. Padahal inilah biang kerok melebarnya penyebaran HIV/AIDS," katanya. [beritajatim.com]